Home » Archives for January 2013
Seorang jenderal panglima perang beserta sisa pasukannya baru saja kembali dari medan pertempuran. Mereka terlihat sangat kelelahan dan nampak sebagian dari mereka terluka. Perjalanan mereka terhenti di sebuah sungai dan mereka pun beristirahat sejenak melepas lelah sambil mengobati prajurit yang terluka. Saat perjalanan akan dilanjutkan mereka harus menyeberangi sungai itu, air sungai nampak tenang dan membuat sang jenderal mencari-cari lokasi yang dianggapnya tepat untuk menyeberang.
Tak jauh dari tempat itu nampak seorang pengembala bebek, dan sang jenderal bertanya "Hey penggembala bebek, kami harus menyeberang sungai ini, tunjukkan disebelah mana tempat yang aman untuk kami menyeberangi sungai ini?" Si penggembala bebek tergopoh-gopoh berlari mendekati sang jenderal dan segera menunjukkan arah tak jauh dari tempatnya berdiri dimana bebek-bebeknya berada.
Ada sebuah danau yang terdapat banyak batu-batuan dan terdapat sebuah papan bertuliskan:
"Yang mengambil batu akan menyesal.
Yang tidak mengambil batu juga akan menyesal."
Heran dengan kalimat itu, beberapa turis tertarik untuk mengambil
beberapa butir batu-batu itu untak melihat apa yang akan terjadi
selanjutnya.
Beberapa yang lainnya tidak terlalu menggubrisnya.
Jadi mereka tidak mengambil batu-batu itu dan lebih tertarik untuk
menikmati segarnya air di danau itu.
Setelah kembali ke negara masing-masing, mereka menyuruh ahli batu-batu untuk memeriksa batu-batuan yang mereka bawa.
Alkisah, di tengah samudra yang luas, saat air
laut pasang, tampak ombak besar bergulung-gulung dengan gemuruh
suaranya yang menggelegar, seakan ingin menyatakan keberadaan dirinya
yang besar dan gagah perkasa.
Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, terdengar
gemericik suara ombak kecil bersusah payah mengikuti jejak si ombak
besar. Tertatih-tatih, mengekor hempasan ombak besar. Si ombak kecil
merasa dirinya begitu kecil, lemah, tidak berdaya, dan tersisih di
belakang. Sungguh, terasa menyakitkan.
Dengan suaranya yang
lemah, kurang percaya diri, ombak kecil bertanya kepada ombak besar.
Maka sayup-sayup, terdengar serangkaian percakapan di antara mereka.
Seorang biksu kecil yang baru ditahbis, diminta untuk mengambil air, Ia diminta untuk mengambil air di dekat sumur vihara.
Ia pun pergi ke sumur dan mencoba untuk menimba sumur, namun yang didapatkannya hanyalah ember kosong tanpa ada airnya.
Semakin ditimba, semakin sia-sialah usaha mendapatkan airnya.
Semakin marah kesel dan jengkel, sumur itu tetap tidak memberikan air.
Ia tidak percaya, dan mengintip ke dalam sumur. Sumur itu sangat dalam
dan terlihat gelap ke dasar, hampir dipastikan tidak dapat terlihat apa
yang ada di dalam sumur.
Semakin berusaha, semakin emosi, dan kesal, yang ada malah keringat membasahi tubuh dan lelah yang tersisa.
Suatu saat ada seorang pria dewasa sedang berjalan-jalan di pantai. Pantai itu sangat indah seperti pantai bali. Pria itu lalu melihat sebuah botol kaca. Pria itu memungutnya dan melihat ada secarik kertas di dalam botol. Dia kemudian menarik gabus penyumbat botol dan menjumpai bahwa kertas tersebut ternyata sebuah peta harta karun. Tetapi pria itu tidak percaya, sehingga ia memasukkan peta harta karun itu kembali dalam botol, menyumbat botol, dan melemparkan botol itu ke laut.
Beberapa saat kemudian, pria dewasa lain sedang berjalan di pantai dan melihat botol itu. Dia juga mengambil botol, membukanya, dan menemukan peta harta karun. Orang ini cukup penasaran dengan harta karun tersebut. Ia mencoba berjalan menuju tempat yang ditunjukkan peta tersebut, yaitu sekitar 30 meter ke tengah laut. Tetapi ketika tinggi air laut mencapai paha, ia memutuskan untuk berhenti. “Ini cuma jebakan!” katanya. Jadi, ia bergegas kembali ke tepi pantai dan membuang botol itu kembali ke laut
Pada suatu malam, seekor tikus mengendap-endap di dalam dapur sebuah
rumah keluarga petani. Betapa terkejut dia saat melihat sebuah bungkusan
yang berisi satu kotak jebakan tikus. Hal tersebut tentu akan mengancam
jiwanya. Dengan panik tikus itu berlari ke arah belakang rumah dan
memberitahukan hal tersebut pada hewan peliharaan sang petani.
"Hati-hati, ada jebakan tikus... ada jebakan tikus..." ujar sang tikus dengan suara kencang.
Ayam yang mendengar suara itu melengos kesal, "Ya ya ya... tapi itu
masalahmu, tikus. Berhentilah berteriak, kau membuatku sakit kepala,"
ujar sang ayam dengan suara jengkel.
Cerita ini tentang seorang kakek yang sederhana, hidup sebagai orang
kampung yang bersahaja. Suatu sore, ia mendapati pohon pepaya di depan
rumahnya telah berbuah. Walaupun hanya dua buah namun telah menguning
dan siap dipanen. Ia berencana memetik buah itu di keesokan hari. Namun,
tatkala pagi tiba, ia mendapati satu buah pepayanya hilang dicuri
orang.
Kakek itu begitu bersedih, hingga istrinya merasa heran. “masak hanya
karena sebuah pepaya saja engkau demikian murung” ujar sang istri.
“bukan itu yang aku sedihkan” jawab sang kakek, “aku kepikiran, betapa
sulitnya orang itu mengambil pepaya kita. Ia harus sembunyi-sembunyi di
tengah malam agar tidak ketahuan orang. Belum lagi mesti memanjatnya
dengan susah payah untuk bisa memetiknya..”
Seorang bocah laki-laki masuk ke sebuah toko. Ia mengambil peti minuman & mendorongnya ke dekat pesawat telepon koin.
Lalu, ia naik ke atasnya sehingga ia bisa menekan tombol angka di telepon dengan leluasa. Ditekannya tujuh digit angka.
Si pemilik toko mengamati-amati tingkah bocah ini & menguping percakapan teleponnya.
Bocah: Ibu, bisakah saya mendapat pekerjaan memotong rumput di halaman Ibu?
Ibu (di ujung telepon sebelah sana): Saya sudah punya orang untuk mengerjakannya.
Bocah: Ibu bisa bayar saya setengah upah dari orang itu.
Ibu: Saya sudah sangat puas dengan hasil kerja orang itu.
Suatu hari seorang profesor menyewa sebuah sampan untuk membuat kajian di tengah lautan.Pendayung itu merupakan
lelaki tua yang sangat pendiam. Profesor sengaja mengupah lelaki tua
itu kerana dia tidak mahu orang yang menemaninya banyak menyoal tentang
apa yang dia lakukan.
Dengan tekun Profesor itu melakukan
tugasnya tanpa menghiraukan pendayung sampan. Dia mengambil air laut dan
diisi kedalam tabung uji, digoncang-goncang, kemudian mencatat sesuatu
di dalam buku catatan dibawanya. Berjam-jam lamanya Profesor itu
melakukan kajian dengan tekun sekali. Pendayung sampan mendongak ke
langit, memandang pada awan yang mula berarak kelabu. Dalam hati dia
berkata “Hmm..tak lama hujan lebat akan turun..”
“OK semua
sudah siap mari kita balik.” Lantas pendayung itu memusingkan sampannya
dan mula mendayung ke arah pantai. Dalam perjalanan itu baru Profesor
itu membuka mulut menegur pendayung sampan.
Al kisah ada seorang dermawan yg berkeinginan
untuk berbuat kebaikan. Dia telah menyiapkan sejumlah uang yang akan dia
berikan kepada beberapa orang yang ditemuinya.
Pada suatu kesempatan
dia bertemu dengan seseorang maka langsung saja dia menyerahkan uang
yang dimilikinya kepada orang tersebut. Pada keesokan harinya tersiar
kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada
seorang penjahat beringas. Mendengar kbr ini si dermawan hanya
mengatakan” Ya Tuhan aku telah memberikan uang ke pada seorang penjahat”
Di lain waktu, dia kembali bertemu dengan seseorang, si dermawan pada
hari itu juga telah berniat untuk melakukan kebaikan. Ia dengan segera
memberikan sejumlah uang kepada orng tersebut. Keesokan harinya tersiar
kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan uang kpd seorang
koruptor. Mendapat kabar ini si dermawan hanya berkata “Ya Tuhan aku
telah memberikan uang kepada koruptor”.
Hari itu, di kereta api terdapat seorang pemuda bersama ayahnya. Pemuda itu berusia 24 tahun, sudah cukup dewasa tentu.
Di dalam kereta, pemuda itu memandang keluar jendela kereta, lalu berkata pada Ayahnya.
"Ayah lihat, pohon-pohon itu sedang berlarian"
Sepasang anak muda duduk berdekatan. Keduanya melihat pemuda 24 tahun
tadi dengan kasihan. Bagaimana tidak, untuk seukuran usianya, kelakuan
pemuda itu tampak begitu kekanakan.
"Pada suatu hari ada segerombolan katak-katak
kecil yang menggelar lomba lari... Tujuannya adalah mencapai puncak
menara yang sangat tinggi.
Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada peserta...
Perlombaan dimulai...
Secara jujur:
Tak satupun penonton benar2 percaya bahwa katak2 kecil akan bisa mencapai puncak menara.
Dahulu kala ada seorang petani miskin yang
mesti berjuang keras untuk memajukan kehidupannya. Namun meskipun ia
terus bekerja dan berhati-hati dalam melakukan pengeluaran, ia tetap
saja tak mampu menyisihkan penghasilannya untuk ditabung, selalu saja pas-pasan.
Suatu malam, dalam tidurnya ia bermimpi ada suara yang berkata: "Jika
ada sesuatu di dunia ini yang begitu sulit untuk kamu dapatkan, maka
suatu waktu hal itu akan muncul begitu saja di hadapanmu." Dan petani
inipun terbangun dari tidurnya. Dia kemudian berharap bahwa ketika ia
bangun di suatu pagi, ia akan menemukan harta yang berlimpah di rumahnya
sendiri. Dengan begini, tidak diragukan lagi bahwa kekayaan itu memang
dimaksudkan untuknya.
Alkisah, ada seorang tukang batu yang melihat
seorang pejabat yang naik mobil mewah. Lalu, ia berandai-andai.. jika
bisa menjadi seperti pejabat itu, wah.., betapa bahagianya dia! Eh,
harapannya didengar. Jadilah dia pejabat tinggi yang disegani, dihormati, dan pergi ke mana-mana naik mobil mewah.
Suatu hari, saat turun dari mobilnya, matahari bersinar amat terik
sehingga dia kepanasan. Batinnya, "Matahari lebih hebat dari saya nih.
Saya bisa kepanasan begini. Mendingan saya jadi matahari saja deh.."
Harapannya didengar lagi. Jadilah dia matahari. Wah, dia sangat senang
bisa menyinari bumi dengan panasnya. Pokoknya, tidak ada yang tahan dan
tidak ada yang bisa melawan.